MERARIQ DALAM PERNIKAHAN SUKU SASAK: ANALISIS KOMUNIKASI DAN DINAMIKA SOSIAL DALAM RITUAL PENCULIKAN

Andre Fairiza, Rendra Widyatama

Abstract

Merariq is a unique customary marriage process among the Sasak people, which is through abduction. This tradition has been passed down through generations to the present day. Literature review indicates that merariq publications are more abundant from cultural, legal, and religious perspectives. Some researchers delve into gender studies and tourism, but the perspective of communication sociology is very rare. This article aims to discuss merariq marriage from the standpoint of communication sociology, explicitly analyzing the patterns of communication relationships among individuals involved in merariq.Researchers employ a qualitative approach with a natural observation method, where primary data excavation is through interviews supplemented by a literature review. Researchers engage five key informants, including customary leaders, cultural observers, individuals who have experienced merariq, and civil marriage registry officials. Researchers conclude that merariq is a kidnapping event in the context of a 'drama' aimed at marrying a woman based on cultural norms. The stages of merariq remain unchanged over time, including pre-merariq, merariq execution, negotiation, inauguration, and post-merariq. Courtship in Merariq employs indirect communication patterns facilitated through mediators. Generally, the communication patterns in each stage of merariq vary, but interpersonal communication patterns occur in many stages. In the inauguration stage, communication patterns arise within a group setting, except for the marriage sermon in a public communication setting. Communication patterns in the negotiation stage are the most dynamic and critical to Merariq's success. In Merariq, society places women in a subordinate position, unequal to men, where women tend to be objectified, and men hold more power over women. This imbalanced gender relationship tends to persist to this day.

 

Keywords: Merariq, Wedding Traditions, Sasak Tribe, Communication Patterns

 

Abstrak

Merariq adalah prosesi pernikahan adat yang unik pada masyarakat Suku Sasak melalui penculikan. Tradisi ini telah berjalan turun-temurun hingga saat ini. Penelusuran literatur menunjukkan publikasi merariq lebih banyak dari perspektif budaya, hukum dan agama. Beberapa peneliti mengupas dari kajian gender dan wisata, namun perspektif sosiologi komunikasi sangat jarang. Artikel ini bertujuan membahas pernikahan merariq dari sudut sosiologi komunikasi, yaitu menganalisis pola hubungan komunikasi antar manusia yang terjadi dalam merariq. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode natural observation, di mana penggalian data utama melalui wawancara dan dilengkapi dengan penelusuran literatur. Peneliti melibatkan 5 informan kunci, yaitu tokoh adat, pemerhati budaya, orang yang pernah melakukan merariq, dan petugas catatan sipil pernikahan. Peneliti menyimpulkan merariq merupakan peristiwa penculikan dalam konteks ‘sandiwara’ yang bertujuan menikahi seorang perempuan bedasar budaya. Tahapan merariq tidak berubah dari waktu ke waktu, yaitu meliputi tahap pra merariq, pelaksanaan merariq, negoisasi, penobatan, dan pasca merariq. Pinangan dalam merariq menggunakan pola komunikasi tidak langsung, karena melalui mediator. Secara umum, pola komunikasi tiap tahap merariq berbeda-beda, namun pola komunikasi interpersonal terjadi pada banyak tahapan. Dalam tahap penobatan, pola komunikasi terjadi dalam setting kelompok, kecuali khutbah nikah yang bersetting komunikasi publik. Pola komunikasi dalam tahap negoisasi merupakan pola paling dinamis dan menjadi titik kritis keberhasilan merariq. Dalam merariq, masyarakat menempatkan perempuan dalam posisi subordinatif, tidak setara dihadapan pria, di mana perempuan cenderung menjadi obyek dan pria lebih berkuasa atas perempuan. Relasi gender yang timpang tersebut cenderung terpelihara hingga sekarang.

 

Kata Kunci: Merariq, Tradisi pernikahan, Suku Sasak, Pola komunikasi

 

Full Text:

PDF

References

Al-Amin, H., & Asrar, K. (2019). Perspektif Hukum Islam Terhadap Adat Pra-Perkawinan Merarik (Studi Kasus di Desa Wanasaba Kec. Wanasaba Kab. Lombok Timur). Idonesian Journal of Islamic Law, 2(2), 53–59.

Alfawaz, H. A., Khan, N., Aloteabi, N., Hussain, S. D., & Al-Daghri, N. M. (2017). Factors Associated With Dietary Supplement Use in Saudi Pregnant Women. Reproductive Health, 14(1), 1–6. https://doi.org/10.1186/s12978-017-0357-7

Allendorf, K. (2013). Schemas of Marital Change: From Arranged Marriages to Eloping for Love. Journal Marriage Familly, 176(1), 453–469. https://doi.org/10.1111/jomf.12003.Schemas

Amalia, A. R. (2017). Tradisi perkawinan Merariq Susuk Sasak di Lombok: Studi kasus integrasi agama dengan budaya masyarakat tradisional (Vol. 1). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anggraeny, B. D. (2017). Perkawinan Adat Merarik: Kajian Budaya Hukum Masyarakat Suku Sasak. De Jure: Jurnal Hukum Dan Syari’ah, 9(1), 43–52. https://doi.org/10.18860/j-fsh.v9i1.4375

Arya, I. K., Mahartha, S., Akbar, M., & Sudrajat, S. (2022). Kearifan Lokal Sholat Waktu Telu Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pattingalloang, Jurnal Pemikiran, Pendidikan Dan Penelitian Kesejarahan, 9(1), 1–8.

Athhar, Z. Y. (2005). Kearifan Lokal Dalam Ajaran Islam Wetu Telu Di Lombok. Ulumuna, 9(1), 70–89. https://doi.org/10.20414/ujis.v9i1.443

Bahri, S. (2018). The Comparative Study on Sasak andSmawa Folktales: Understanding The People of Sasak and Samawa. Mabasan, 12(2), 167–184.

Brounéus, K. (2011). In-Depth interviewing: The process, skill and ethics of interviews in peace research. In Understanding Peace Research: Methods and Challenges (pp. 130–145). https://doi.org/10.4324/9780203828557

Busyairi, M. (2012). Masyarakat Sasak (Sebenarnya) Rajin. Retrieved from Humas Pemda Lombok website: https://lombokbaratkab.go.id/masyarakat-sasak-sebenarnya-rajin/

Ecklund, J. L. (1977). Sasak cultural change, ritual change, and the use of ritualized language. Cornell University Southeast Asia Program.

Erwinsya, Handoyo, E., & Arsal, T. (2020). Merariq Tradition of Sasak Tribe in Social Construction and National Law Article Info. Journal of Educational Social Studies JESS, 9(1), 48–55. Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Fahrurrozi, F. (2015). Budaya pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok. KARSA: Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 23(2), 325. https://doi.org/10.19105/karsa.v23i2.730

Faizin, K. (2020). The roots of Merariq tradition: From Resistance to Acculturation. Alif Lam, 1(1), 45–59.

Fakihuddin, L. (2018). Relasi Antara Budaya Sasak dan Islam: Kajian Berdasarkan Perspektif Folklor Lisan Sasak. SeBaSa: JUrnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(2), 89–105. https://doi.org/10.29408/sbs.v1i2.1037

Hajanawati, Amir, R., & Fajri, M. (2022). Pandangan Masyarakat Terhadap Briang (Kawin Lari) Akibat Tingginya Belis Ditinjau dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Nampar Sepang Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur NTT). QadauNa, 3(2), 326–338.

Hamdani, F., & Fauzia, A. (2022). Tradisi Merariq dalam Kacamata Hukum Adat dan Hukum Islam. Rewang Rencang: Jurnal Hukum Lex Generalis, 3(6), 433–447.

Haq, H. S., & Hamdi, H. (2016). Perkawinan Adat Merariq Dan Tradisi Selabar Di Masyarakat Suku Sasak. Perspektif, 21(3), 157. https://doi.org/10.30742/perspektif.v21i3.598

Harianto, E., Roslan, S., & Sarpin. (2016). Fenomena Kawin Lari (Pofileigho) Pada Masyarakat Muna di Kelurahan Tampo Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna. Jurnal Neo Societal, 1(Juli), 192–200.

Harisudin, M. N. (2016). ‘Urf Sebagai Sumber Hukum Islam (Fiqh) Nusantara. Al-Fikr, 20(1), 66–86.

Hasan, H., Jubba, H., Abdullah, I., Pabbajah, M., & Rahman R, A. (2022). Londo iha: Elopement and bride kidnapping amongst the Muslims of Monta, Bima, Indonesia. Cogent Social Sciences, 8(1). https://doi.org/10.1080/23311886.2021.2023973

Hotimah, H., & Widodo, A. (2021). The merariq culture of the Sasak in the perspective of Islam sharia. SoacioEdu: Sosiological Education, 2(1), 15–21.

Husnan, H. (2018). Peran Madrasah dalam pembelajaran fiqih terhadap tradisi merariq (Studi Kasus Peranan Madrasah di Desa Terpencil). Ibtida’iy : Jurnal Prodi PGMI, 3(1), 21. https://doi.org/10.31764/ibtidaiy.v3i1.1053

Ilmalia, R. M., Budiartha, I. N. P., & Sudibya, D. G. (2021). Pelaksanaan Tradisi Perkawinan Merariq (Besebo) Suku Sasak di Lombok Timur. Jurnal Interpretasi Hukum, 2(3), 479–483. https://doi.org/10.22225/juinhum.2.3.4123.479-483

Irham, & Arifuddin. (2021). Relasi Kekerabatan Antar Bahasa Sasak-Sumbawa-Bima ditinjau dari Letak Geografisnya. EduSociata, 4(2), 1–22.

Jayanti, I. G. N. (2014). Bentuk dan Prosesi Perkawinan Adat Sasak (Sebuah Pendekatan Antropologi). Jnana Budaya, Media Insfotmasi Sejarah, Dan Budaya, 19(1), 99–110. Retrieved from https://jurnalbpnbbali.kemdikbud.go.id/jurnal/

Kusumawardana, N., & Kuncorowati, P. W. (2022). Tradisi Londo Iha (Kawin Lari) Pada Masyarakat Donggo di Kecamatan Donggo. Jurnal Kajian Mahasiswa PPKn, 11(02), 210–225. Retrieved from https://journal.student.uny.ac.id/index.php/civics/article/view/18401/17412

Mispandi, & Fahrurrozi, M. (2021). Peran Gender Dalam Mempertahankan Tradisi Merarik (Kawin) Adat Suku Sasak Dusun Sade Nusa Tenggara Barat. Jurnal Sosialisasi, 8(2), 45–53.

Muliadi, & Komarudin, D. (2020). The islamic culture of “Wetu Telu Islam” affecting social religion in Lombok. El Harakah, 22(1), 97–116.

Naz, A., Sheikh, I., Khan, W., & Saeed, G. (2015). Traditional Wedding System and Marriage by Elopement among Kalasha Tribe of District Chitral, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Fwu Journal of Social Sciences, 9(1), 59–69.

Ningsih, I., Mukmin, Z., & Hayati, E. (2016). Perkawinan Munik (Kawin Lari) Pada Suku Gayo di Kecamatan Atu Lintang, Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah, 1(1), 110–119.

Sahibudin. (2021). Penentuan Pisuke dalam Tradisi Pernikahan di Lombok Barat Perspektif Al-Urf (Vol. 1).

Said, M. H. M., Hashim, N. M., Hak, N. A., & Soh, R. C. (2019). A Study of Elopement among Muslims in Malaysia and Island of Lombok, Indonesia. Jurnal Undang-Undang Dan Masyarakat, 0(0), 104–114.

Saloom, G. (2009). Dinamika Hubungan Kaum Muslim dan Umat Hindu di Pulau Lombok. Jurnal Harmoni, 8, 70–79.

Shajia Sharmin, S., & Azad, M. (2018). Laws of Muslim Marriage from the concept of the Holy Qur’an. International Journal of Engineering and Applied Sciences (IJEAS), 5(7), 29–33. Retrieved from www.ijeas.org

Sirnopati, R. (2021). Agama Lokal Pribumi Sasak (Menelusuri Jejak “Islam Wetu Telu” Di Lombok). Tsaqofah, 19(02), 103–112. https://doi.org/10.32678/tsaqofah.v19i02.3656

Sukardiman. (2022). Bertahannya Eksistensi Islam Waktu Telu di Tengah Islam Waktu Lima. Ri’ayah, 7(1), 1–14.

Sulistyarini. (2018). Presenting Unique Merariq Tradition in Plambik Village as Halal Tourism Destination. The 1st International Conference on Halal Tourism, Products, and Services 2018 “Supporting the Achievement of Sustainable Development Goals”, 207–214.

Syamsudin. (2015). Sistem Tradisi Londo Iha. Universitas Islam Negeri Alauddin.

Zuhdi, H. M. (2014). Islam Wetu Telu [Dialektika Hukum Islam dengan Tradisi Lokal]. Istinbath, Jurnal Hukum Islam, 13(2), 156–180.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.