INTERAKSI SIMBOLIK PADA PERTUNJUKAN JARANAN JAWA TURONGGO BUDOYO DESA REJOAGUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Ristra Zhafarina Safira, I Nengah Mariasa

Abstract

The purpose of writing this article is to describe how the symbolic interactions are established between the Jaranan Jawa Turonggo Budoyo arts that grow and develop in Rejoagung Village and the audience. This study uses an analysis of symbolic interactions pioneered by Goerge Hebert Mead. The Jaranan Jawa Turonggo Budoyo performance in Rejoagung Village through verbal communication carried out by the actors of the jaranan art, namely through the elements contained therein such as motion, property, offerings, costumes, etc. are the symbols that exist in this dance. The symbols presented have their own meaning, so that they get appreciation from various audiences who have different backgrounds. This dance is performed for people who have nadzar and when there are people who catch it and this is especially true for Rejoagung residents. This is a response from the audience who is interested in this dance. Artists are a group of Reajoagung residents who have participated and consciously joined the Turonggo Budoyo organization.

Kata kunci: Jaranan Jawa Turonggo Budoyo, symbolic interactions, audience

 

Abstrak

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana terjalinnya interaksi simbolik antara kesenian Jaranan Jawa Turonggo Budoyo yang tumbuh dan berkembang di Desa Rejoagung dengan penonton. Metode yang digunakan yakni kualitatif deskkriptif. Penelitian ini mengunakan analisis dari interaksi simbolik yang dipelopori oleh Goerge Hebert Mead. Pertunjukan Jaranan Jawa Turonggo Budoyo melalui komunikasi verbal dilakukan oleh para pelaku kesenian jaranan, yaitu melaui unsur-unsur yang yang terkandung didalamnya seperti gerak, properti, sesaji, kostum, dan lain-lain merupakan simbol-simbol yang ada pada tarian ini. Simbol-simbol tersebut dihadirkan memiliki makna tersendiri, sehingga mendapatkan apresiasi dari berbagai penonton yang memiliki latar berlakang berbeda-beda. Tarian ini dipentaskan untuk pemenuhan nadzar terkhusus bagi warga Rejoagung. Hal tersebut merupakan adanya respon dari penonton yang tertarik pada tarian ini. Pelaku seni merupakan sekumpulan warga Reajoagung yang turut andil dan secara sadar bergabung dalam organisasi Turonggo Budoyo.

Kata kunci: Jaranan Jawa Turonggo Budoyo, Interaksi simbolik, penonton

Full Text:

PDF

References

Hadi, Y. Sumandyo, 2012, Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton, Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta

Hadi, Y. Sumandyo. 2011. Koreografi (Bentuk-Teknik-Isi). Yogyakarta: Multi Grafindo

Komara Endang. 2019. Teori Sosiologi dan Antropologi. Yogyakarta: PT Refika Aditama

Kaulam, 2012, Simbolisme Dalam Kesenian Jaranan, Jurnal Urna, 1(2): 127-138

Kuswantara, 2014, Seni Jathilan Dalam Dimensi Ruang dan Waktu, Jurnal Kajian Seni. 01(01): pp 48-59

Mufrihah, 2018, Fungsi dan Makna Simbolik Kesenian Jaranan jur Ngasinan Desa Sukorejo Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar, Jurnal Mudra, 33(2): pp 11-21

Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 1995. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kereasi Wacana

Raida, 2016, Dinamika Seni Pertunjukan Jaran Kepang di Kota Malang, Jurnal Kajian Seni, 02(02): pp 164-177

Soedarsono,1976, Mengenal Tari-Tarian Rakyat Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Soeprapto, H.R Riyadi. 2012. Interaksionisme Simbolik; Prespektif Sosiologi Modern. Averro Press: Malang.

Sumaryono, 2017, Antropologi Tari Dalam Prespektif Indonesia, Yogyakarta: Media Kreativa

Trisakti, 2013, Bentuk dan Fungsi Seni Pertunjukan Jaranan, dalam Budaya Masyarakat Jawa Timur, Surabaya: jurnal Prosiding The 5th International Converence on Indonesian Studies: “Ethnicity and Globalization

Refbacks

  • There are currently no refbacks.