TRADISI MASKULINITAS SUKU SASAK (STUDI TENTANG SENI PERTUNJUKAN PERESEAN)

Solikatun Solikatun, Drajat Tri Kartono

Abstract

Peresean is the traditional art of the Sasak people who fight two men (pepadu) by using weapons from rattan sticks and shields. This research uses a qualitative research method with an ethnographic approach. The results of this study indicate that the shift in the meaning of masculinity in society has been influenced by the times and changes that occur in society. In addition, the development of media and science is increasingly advanced. Where once the public interpreted men as masculine when in the art of performing a man could win the fight. At that time men have their own pride, prestige, unmatched men and dare to defeat the enemy. But now the meaning of masculinity has shifted, the masculine meaning for society that a man looks masculine in the arena of battle if he is able to control emotions during the game, able to play sportsmanship, not revenge after the fight ends, and able to establish friendship between players.

Keywords: Masculinity; Tradition; Peresean.

 

Abstrak

Peresean adalah kesenian tradisional masyarakat Suku Sasak yang mempertarungkan dua laki-laki (pepadu) dengan memakai senjata dari tongkat rotan dan perisai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan hahwa pergeseran makna maskulinitas pada masyarakat telah dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Selain itu paekembangan media dan ilmu pengetahuan yang makin maju. Dimana dulu masyarakat memaknai laki-laki terlihat maskulin ketika dalam seni pertunjukan peresean seorang laki-laki dapat memenangkan pertarungan. Saat itu laki-laki memiliki kebanggaan tersendiri, prestise, laki-laki tanpa tanding dan berani mengalahkan musuh. Namun sekarang ini makna maskulinitas mengalami pergeseran, makna maskulin bagi masyarakat bahwa seorang laki-laki terlihat maskulin dalam arena pertarungan peresean jika mampu mengontrol emosi selama pertandingan, mampu bermain secara sportifitas, tidak dendam setelah pertarungan berakhir, dan mampu menjalin silaturahmi antar pemain.

Kata kunci : Maskulinitas; Tradisi; Peresean.

 

Full Text:

PDF

References

Bourdieu, Pierre. 2010. Dominasi Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra.

Budyati, Laily Eros. 2016. Kontruksi Tubuh Maskulin Laki-Laki. Semarang: Universitas Diponegoro.

Dermatoto, Argyo. 2010. Konsep Maskulinitas Dari Zaman Ke Zaman Dan Citranya Dalam Media. Surakarta: Jurnal Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS.

Hadi, Muh. Septian. 2014. Karakteristik musik Pengiring peresehan Di Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah NTB. Yogyakarta: UNY.

Hasan, Sandi Suwardi. 2011. Pengantar Cultural Studies. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial (Dari Teori Fungsional hingga Post-Modernisme). Jakarta: Obor Indonesia.

Kurnia, Novi. 2004. Representasi Maskulin Dalam Iklan. Jakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI.

Peursen, C. A. Van. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Ritzer, George. 2010. Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Samuel, Hanneman. 2012. Peter Berger: Sebuah Pengantar Ringkas. Depok: Penerbit Kepik.

Suratman, dkk. 2013. Imu Sosial Dan Budaya Dasar. Malang: Intimedia.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Tanjung, Sumekar. 2012. Pemaknaan Maskulinitas pada Majalah Cosmopolitan Indonesia. Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 6, Nomor 2, April 2012

Widiyaningrum, Wahyu. 2014. Pemaknaan Maskulinitas Dalam Iklan Produk Kosmetik Untuk Laki-Laki. Semarang: Universitas Diponegoro.

Yusuf, Murah.Peresean Budaya Suku Sasak Yang Lestari.E-Journal (http://www.e-journal-murahyusuf.info/2018/02/peresean-budaya-suku-sasak-yang-lestari.html)

Refbacks

  • There are currently no refbacks.