GELANDANGAN DALAM PEMBERITAAN DI SOLOPOS.COM: ANALISIS WACANA KRITIS

Ayu Prawitasari, Titis Srimuda Pitana

Abstract

Berita mengenai gelandangan jarang sekali muncul di media massa, khususnya media online. Saat muncul pun temanya selalu masuk kategori berita kriminal dengan tag kisah tragis, gelandangan tewas, Polres, rumah sakit, dan sejenisnya.

Solopos.com selama tujuh bulan yakni Maret-Oktober 2017 hanya menampilkan enam berita mengenai gelandangan, tiga di antaranya tentang gelandangan tewas di jalan dan hutan, dua berita mengenai gelandangan yang melahirkan di jalan, dan satunya lagi mengenai razia gelandangan oleh Satpol PP. Tidak ada berita yang menampilkan kehidupan gelandangan sebagaiĀ  bagian dari komunitas perkotaan atau dari sudut pandang mereka.

Meski gelandangan adalah fakta yang seharusnya bisa dimunculkan di media massa, namun berita sejatinya bukanlah sebuah fakta mentah. Berita merupakan rekonstruksi sederet peristiwa yang dilakukan wartawan. Tema mengenai gelandangan bagi media massa belum cukup memadai untuk diangkat menjadi sebuah berita lantaran minimnya nilai berita. Nilai berita ini berkaitan erat dengan tingkat keterbacaan di masyarakat.

Media massa sejatinya adalah arena pertentangan kelas. Melalui berita, setiap kelas berusaha memenangkan wacana kelompoknya. Pandangan kritis melihat akses ke media lebih banyak dimanfaatkan kelompok dominan (kelompok pembaca) yang mendudukkan gelandangan sebagai entitas di luar kelompok masyarakat. Dengan demikian idiologi media massa seringkali merupakan ideologi dominan.

Praktik ini menyebabkan wacana inferior milik para gelandangan tentang gagalnya negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan bagi warganya tidak terungkap, berganti menjadi teks yang memosisikan gelandangan sebagai entitas yang meresahkan komunitas kota sehingga harus dirazia.

Keywords

gelandangan; ideologi; wacana marginal

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.