Regenerasi Dalang Wayang Beber Untuk Memperkokoh Peran Seni Pertunjukan Tradisional di Era Industri Kreatif
Abstract
Kesenian wayang beber Pacitan dewasa ini berada di ambang kepunahan disebabkan terhentinya proses regenerasi dalangnya. Untuk itu penelitian multi tahun ini diharapkan dapat menghasilkan model regenerasi dalang wayang beber Pacitan sehingga dapat memperkokoh peran seni pertunjukan tradisional di era industri kreatif ini. Penelitian multi tahun ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan lapangan (site observation), wawancara mendalam (indepth interview), diskusi kelompok terarah (focus group discussion), dan teknik simak. Analisis data menggunakan model analisis interaktif dan tematik. Hasil penelitian menunjukan bahwa terhambatnya proses regenerasi dalang wayang beber Pacitan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adanya kepercayaan masyarakat bahwa dalang wayang beber itu hanya satu, dalang harus keturunan dalang sebelumnya, persyaratan spiritual yang dituntut dan pengkeramatan terhadap gambar wayang beber merupakan faktor internal yang dapat menghambat proses regenerasi. Adapun faktor eksternal bisa dilihat dari berubahnya minat masyarakat Pacitan terhadap dunia hiburan, pandangan menjadi dalang wayang beber tidak menjanjikan penghasilan, wayang beber kesenian kuno, monoton, dan kurang menarik. Agar kesenian wayang beber ini tidak mati, maka regenerasi dalang harus tetap berlangsung. Salah satu model yang bisa digunakan untuk menjaga kelangsungan regenerasi dalang ini adalah dengan menerapkan model TREE, yaitu perlu memahami secara menyeluruh tentang tradisi (T), ada keberpihakan pemerintah terhadap kesenian wayang beber dengan mengandalkan regulasi (R), pengintegrasian kesenian wayang beber kedalam muatan lokal pada kurikulum sekolah (edukasi/ E), dan memberikan apresiasi bagi dalang wayang beber berupah penghasilan yang pasti (ekonomi/ E). Apabila model TREE ini bisa diaplikasikan dengan baik, maka bisa menumbuhkan minat generasi muda menekuni kesenian wayang beber.
Keywords: regenerasi dalang, wayang beber, industri kreatif.
Full Text:
PDFReferences
Departemen Perdagangan RI, 2008, Industri kreatif di Indonesia, Sumber: http://ventammo.blogspot.com/2008/06/definisi-kelompok-industri-kreatif.html
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pacitan, 2010, Koleksi Foto Wayang Beber Pacitan.
Edi Sedyawati, 2004, Pariwisata dan Pengembangan Budaya, Proceeding Konferensi Kepariwisataan Indonesia: Pariwisata Membangun Bangsa, Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Emiliana Sadilah, 2007, Sendratari Ramayana di Kawasan Wisata Candi Prambanan., Jantra, (Jurnal Sejarah dan Budaya), Vol. II No. 4, ISSN 1907-9605, Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Hayes, N. 1997. Doing qualitative analysis in psychology. Dalam Rara Sugiarti. (1998). The potential for developing ecologically sustainable rural tourism in Surakarta, Central Java, Indonesia. A master thesis. James Cook University Australia.
Irwan Abdullah, 2006, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kayam, Umar, 2001, Kelir Tanpa Batas: Gama Media. Dalam Luqman Haroni Said, 2008, “Seni Pertunjukan Wayang Beber di Desa Gedompol, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan Dalam Telaah Bentuk, Fungsi, dan Makna”, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Kern, R.A., 1909. “De Wajang Beber van Patjitan”. TBG, LI, pg. 338-356.
Kvale, S. 1996. Interviews: an introduction to qualitative research interviewing. Dalam Rara Sugiarti. (1998). The potential for developing ecologically sustainable rural tourism in Surakarta, Central Java, Indonesia. A master thesis. James Cook University Australia.
Leila Retno Komala, 2003, “Peranan Nilai-Nilai Tradisional dalam Kehidupan Modern dan Integrasi Bangsa”, naskah pidato pembukaan Simposium Nasional’Peranan Nilai-Nilai Tradisional dalam Kehidupan Modern dan Integrasi Bangsa’, tanggal 13 Januari di Surakarta (Kerjasama Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara dan Bappenas).
Luqman Haroni Said, 2008, “Seni Pertunjukan Wayang Beber di Desa Gedompol, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan Dalam Telaah Bentuk, Fungsi, dan Makna”, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Miles, M. B. & Huberman. A. M., 1984, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. London: Sage Publications.
Mohammad Takdir Ilahi, 2009, “Revitalisasi Seni Tradisi di Sleman”, www.kabarindonesia.com , (diakses 19-Jan-2009, 09:53:50 WIB).
Nasikun, 2002, “Pengelolaan Potensi Kebudayaan Etnik Bagi Peningkatan Otonomi Daerah”, Makalah disampaikan pada Seminar Pengembangan Budaya Etnik dalam Rangka Otonomi Daerah dan Pembangunan Pariwisata”.
Petrus Suwaryadi, dkk., 1982, “Wayang Beber di Gunung Kidul dan Pacitan”, Laporan Penelitian. Universitas Sebelas Maret.
Primadi Tabrani, 1991, “Meninjau Bahasa Rupa wayang beber Jaka Kembang Kuning dari telaah Cara Wimba dan Tata Ungkapan Bahasa Rupa media ruparungu dwimatra modern, dalam hubungannya dengan Bahasa Rupa gambar Prasejarah, Primitif, Anak dan relief cerita Lalitavistara Borobudur”, Disertasi Doktor, Fakultas Pasca Sarjana – ITB.
Purwanto, 2002, Potensi seni pertunjukan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, Jurnal Pariwisata Vol. 7, No. 2 Juli 2002, Jakarta: Pusat
Rudhi Prasetyo, 2007, “Ragam tutur dalam pertunjukan wayang beber Pacitan”. Malang: Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
Simatupang, Togar, 2007, Industri Kreatif Jawa Barat, Bandung: Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung.
Soedarsono, 1999, Seni Pertunjukan Indonesia & Pariwisata, Bandung: MSPI.
Warto, 2011-2012, Revitalisasi Wayang Beber untuk Memperkokoh Identitas Budaya Bangsa dan untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Daerah di Pacitan, Surakart: Laporan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI.
Refbacks
- There are currently no refbacks.